Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tidak perlu menghindari kenangan sekalipun menyesakkan.

Kegagalan rumah tanggaku saat pernikahan pertama, menjadikan kenangan dan bukan dengan mudah dapat terlalui untuk kemudian berdiskusi dengan diri dan berdamai dengan itu semua. Hal yang tidak pernah sedikitpun ada dalam pemikiran, atau dugaan pun tidak. Semua seperti perjalanan dalam tidur, seperti mimpi. 

Malam ini aku menginap di sebuah kota yang penuh kenangan bagiku.  Kenangan pada saat Lima belas tahun lalu. Ya, bukan kenangan yang berkisah manis pada masa itu kurasakan, bahkan jika kuingat masa itu akupun terasa bermimpi sempat menjalani perjalanan periode waktu di kota ini. Meski saat ini setelah semua terlalui, menjadikan apa yang terlalui saat itu menjadikan aku seperti saat ini, menjadi lebih baik dalam hal menyikapi hal kehidupan. Dan banyak belajar bersyukur dari setiap kisah.

Saat malam ini, kembali aku menyusuri perjalanan lalu, jalan yang kulalui setiap harinya kala itu. Seperti aku pada 15 tahun silam, nyatanya aku sudah hidup di masa kini saat ini. Namun entah rasanya seperti ada hal yang belum usai, hingga kini aku beranikan diri untuk benar - benar menyusuri perjalanan laluku. Ada sesak terasa, dan berurai air mata dengan sendirinya saat menyusuri depan rumah pada gang yang saat itu sempat aku menghuni rumah kontrakan itu kurang lebih 1 tahun. Banyak tergambar kejadian lalu. Sesak sekali.

Aku akan menghabiskan malam ini di sini mengamati keramaian di salah satu titik pusat perbelanjaan. Semakin deras air mata menetes, tidak mengapa, semoga dengan ini bisa melegakan. Supaya apa yang aku alami benar benar usai dan selesai dengan emosi. 

Lagi dan lagi, menetes kembali air mata saat melihat sepasang suami - istri dengan usia masih duapuluhan nampaknya, dan menggendong anak masih batita. Ah semoga mereka bahagia. Kembali sesak nafasku tersengal, mengingat belasan tahun silam. Bukan aku mengenang-ngenang yang sedih, namun aku pikir perlu sesekali melepaskan emosi seperti ini, meski sendirian menyusuri kenangan lalu. Tidak masalah, aku pikir ini akan baik untuk keadaan jiwaku, ya semoga.

Kenangan memang akan melekat. Bukan untuk dilupakan, atau untuk dihindari. Menurutku tidak mengapa kita ingat supaya memang kita berani belajar untuk menerima, belajar untuk melepaskan dan juga supaya menjalani ke depan lebih ringan, tanpa membawa hal - hal yang sebenarnya belum diterima dan belum dilepaskan. Sebab itu akan menjadikannya semakin berat, aku rasa demikian.

Melangkahlah ke depan, rawatlah hatimu, jagalah hati dan harga dirimu.

Kuberanikan berjalan kaki menyusuri setiap tempat.

Salah satu titik pusat perbelanjaan yang dulu belum seramai saat ini.
bisa main ke sini saja dulu sudah sangat mewah :')

Jalan utama yang bagiku dulu ini jalan yang besar sekali, masih bingung rasanya jika melalui jalanan ini. 

Warung yang berjualan rawon (sejak 15 tahun lalu sampai saat ini , masih tetap rupayanya warung ini tidak berubah) dan dulu kalau memiliki rejeki yang lebih, aku membeli makan di warung ini. Meski tidak sering, jadi saat dulu kalau beli makan di warung ini sudah sangat luar biasa banget. Kadang kalau sedang kondisi keuangan agak kurang, aku membeli nasi dan tempe penyet sudah bahagia rasanya (oh iya kadang sambal dan lalapannya pun sudah enak), perut terisi dan bersyukur dengan itu,

Ini juga salah satu tempat saat dulu aku membeli lauk pauk, hanya saja dulu itu lokasinya berada masuk gang, saat ini sudah di pinggiran jalan utama. Cukup murah juga denagn berbagai pilihan lauk, tekstur nasinya sedikit lebih keras, tapi bagiku enak.





Posting Komentar untuk "Tidak perlu menghindari kenangan sekalipun menyesakkan. "