Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tertekan dalam Bekerja

Ada gak sih kerjaan yang engga ada tekanannya?

Sepengalamanku, tekanan dalam bekerja itu akan selalu ada. Mana mungkin juga dalam melakukan aktivitas bekerja, tanpa ada tekanan sedikitpun, aku rasa tidak. Saat engga bekerjapun ada juga  kita temui tekanan. Semacam minimal kepikiran "ngapain ya ini ga ada kerjaan? Hari - hari berharap menadapat panggilan untuk test /interview dan atau kegelisahan lain" Hal - hal demikian akan ditemui.

Jadi, kalau kamu nanya "Ada gak sih kerjaan yang engga ada tekanannya?" Aku jawab "Engga ada". Tekanan itu pasti ada. Namun, bagaimana kita mengelola tekanan - tekanan itu. aku mau sedikit berbagi bagaimana pengalaman aku, yang sebenarnya saat ini bukan sudah bebas dari tekanan, engga juga hahaha!. Tetap ada, hanya aku juga sedang berupaya mengelola tekanan - tekanan yang ada. Dari hasil perenunganku, beberapa tekanan itu aku bagi menjadi 2 bagian ;

  1. Tekanan yang datang dari ulahku sendiri
  2. Tekanan yang datang dari sekitar
Dari kedua bagian besar tersebut juga akan ada beberapa poin lagi yang masuk dalam kategori poin 1 (satu) dan poin 2 (dua). 

1. Tekanan yang datang dari ulahku sendiri

Seperti apa saja tekanan yang datang dari ulahku sendiri;
a. Harapan besar yang aku susun dengan maksud supaya dinilai orang lain, dapat penilaian yang luar biasa, mendapat pujian yang serta merta membanggakan diri dan buat diri sombong ngalah-ngalahin Fir'aun.
b. Menunda pekerjaan yang sebenarnya bisa diselesaikan saat itu juga. Alih - alih masih ada kesibukan lain, masih meeting- padahal masih bisa dikerjakan hari itu juga, sisihkan waktu 10 menit sampai dengan 20 menit dengan fokus, sebenarnya bisa saja selesai.
c. Menunda keputusan - keputusan yang akhirnya menumpuk.
d. Tidak membagi ilmu yang dimiliki kepada rekan kerja. Dengan alasan engga ada waktu, ribet, dan engga yakin sama kemampuan dari rekan kerja. Alhasil, repot sendiri.

2. Tekanan yang datang dari sekitar

Kemudian, tentang tekanan yang datang dari sekitar, menurutku seperti ini;
a. Atasan yang memiliki pemikirannya sendiri, tanpa tahu asal muasal permasalahan. Entah dapat inputan dari mana. Kemudian tetiba menyimpulkan sesuatu "A" . 
"Ini konyol, kan, kan, kan,... seharusnya bla bla bla" Harusitis.
Berasa kerdil langsung saat itu juga T.T tertambah lagi dibandingkan dengan ini dan itu. Lanjut pembahasan kesalahan lainnya masa lampau.
Kayaknya pengen ngilang, sudah menjadi kerdil, makin kerdil, makin remahan banget dan beneran pengen ngilang. 
Meski mungkin dimaksudkan supaya lebih waspada dan semangat lagi tidak kejeblos ke lubang yang sama, hanya saja kayak engga gitu aku nerimanya. Ah barangkali akunya juga yang berlebihan, entah juga..... kurang sehat kalau menurutku (Lhah! kok aku jadi curhat sepanjang ini di poin a) 
b. Target Pekerjaan yang engga masuk akal deadline penyelesaiannya.
c. Target Pencapaian - pencapaian yang kayak random banget ini tuh apaaa, dan jika atasan diajak diskusi malah balikkan 100% dong. Ya minimal ada kontribusinya lah 30% aja. :'). "Bantuin akuuuu plis!".
d. Kondisi pekerjaan di proyek yang diluar dari prediksi, tiba - tiba ada masalah A, masalah B dan masalah-masalah absurd lainnya :'(, ini kepikiran 

Dari Kedua sumber tekanan di atas, aku mengalami keduanya bahkan sampai saat ini. Lalu gimana cara aku hadapi hal - hal itu? 
Untuk yang kategori pertama, biasanya aku berupaya renungkan ke dalam diri, dan sadari kalau memang apa yang aku lakukan itu akan berdampak engga baik buat diri sendiri. Terkesan baik - baik saja, tapi tidak. Ya memang latihan berkesadaran untuk hal demikian sangat tidak mudah. Hanya saja, memang ini jalan yang harus ditempuh, berkesadaran penuh. Setelah menyadari, aku berupaya untuk menempuh agar aku tidak menindaklanjuti ulahku tersebut yang kemudian hari menyebabkan aku sendiri tertekan. Biasanya aku membuat jarak terlebih dulu dengan pekerjaan - pekerjaan itu, berjeda. Engga lama, ya 15 menit sejenak untuk minum air mineral, atau sejenak berdiri dan berjalan kaki ke toilet (meski tidak ingin ke toilet). Saat berjeda aku hindari untuk tidak membuka media sosial platform. Bahkan untuk tegas kepada diriku sendiri, aku sudah meng-unistall instagram di smartphone. Aku masih memiliki akun instagram, melainkan pada device yang lainnya. 
Untuk mengatasi kategori kedua, yang dominannya memang disebabkan oleh faktor sekitar (khususnya atasan ya) Hahahahh! aku lebih "ya udah,..." dan juga aku sedang berupaya belajar cara menyampaikan ketidak normalan deadline dan segala hal yang tidak wajar yang bikin engga waras, bahwa "Engga seperti itu sebenarnyaa Bapak/Ibu :'( Jadi,,...". Ini memang engga mudah ya untuk bisa berkomunikasi yang tepat.

Selamat menempuhi perjalanan dalam jalan korporasi ya kawan - kawan. Jika ada apapun yang mau sharing kepusingan dan ketertekanan kamu di korporasi, silakan hubungi dirimu sendiri, berdiskusilah ^_^".

Tekanan Bekerja
Diskusi dengan diri sendiri








Posting Komentar untuk "Tertekan dalam Bekerja"