Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat merasa dimanfaatkan di dunia kerja.

Dua tahun lalu dan saat tahun - tahun sebelumnya masa itu, aku tak jarang terpikir di dunia kerja, ya lebih tepatnya di perusahaan tempat aku berkarya, aku terpikir “Kerja kayak gini banget, lelah, tugas banyak ga ada hentinya, pulang larut malam, setibanya di rumah masih lanjut buka laptop lagi, akhir pekan masih saja juga memproses data, masih berkoordinasi, belum lagi ketentuan-ketentuan yang beraneka rupa yang tiba - tiba hadir dan harus segera dijalankan per besok wajib ini dan itu, dan kondisi bisnis yang merugi, kekeliruan keputusan, tekanan-tekanan mental (ini bukan tekanan secara langsung, bukan. Tekanan yang terlihat sebuah pelukan, rangkulan, namun sebenarnya tendangan dan pengkerdilan) . Ditambah lagi didatangkan kehadiran para orang (katanya penting) baru yang tidak jarang ada beberapa polanya diluar nalar. Tapi ya tetap harus dijalankan. Frustasi, bingung  sampai sempat pada tahap engga mau ngomong sama manusia”

Saat itu aku terpikir, kalimat yang tidak asing berseliweran khas Pak Bob Sadino “Kerja apa dikerjain”. Itu pas banget pikirku. Aku kemudian pikir berkali, dan kalimat itu berhasil menembus pemikiranku ; yang pada akhirnya menjadikan cabang pada melanjutkan perjalanan ke depan. Apakah aku terus berkarya di sini atau aku menempuh jalan lainnya. Aku dalam persimpangan.

Kalimat tersebut menurut pendapatku, jika diterima oleh orang yang belum cukup matang mental dan memahami banyak pengalaman, perjalanan hidup, sepertinya akan menjadikan pemikiran dan tindakan lebih ke arah negatif. Seperti halnya lebih menyalahkan situasi sekitar, menganggap orang lain yang menjadikan dirinya kelelahan (tanpa menyadari hal lain yang malah mungkin bisa saja kelelahan itu dari dirinya sendiri yang tidak dapat memahami cara kerja pareto juga pemilahan hal essensial, merasa 100% dimanfaatkan-tanpa menyadari bahwa dirinya saat bergabung dan bekerjasama di Perusahaan tersebut terdapat kesepakatan antara Manajemen di Perusahaan dan dirinya sebagai Pegawai. Jadi, kalau merasa dimanfaatkan, memang tentu sebagai pegawai ya bakal dimanfaatkan, dan juga tentu dikerjain  dipekerjakan. Manajemen Perusahaan sudah memberikan upah ke pegawai, dengan tanggung jawab tugas - tugas yang seharusnya diselesaikan. Itu merupakan konsekuensi menjadi pegawai, yang bahkan sudah jelas tertulis kesepakatan antara hak dan kewajiban. 

Jangankan diri sebagai pegawai, diri sebagai manusiapun memang harus beemanfaat supaya dimanfaatkan sesama dan alam semesta. Mengutip sabda Rasullullah “ Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (yang lain) _HR Ahmad”. Ya, kata dimanfaatkan cenderung negatif. Sebab seolah kita dikendalikan dan tidak memiliki kedaulatan diri. Hanya saja, jika aku coba amati dari pandanganku -kata dimanfaatkan- ini bukan diri kitanya ( psikologis, mental dan karakter utuh diri kita) yang dimanfaatkan, tidak demikian. Melainkan yang dimanfaatkan adalah karya-karya kita yang kita bagikan, hasil proses pengalaman -perjalanan yang kita bagikan, dan potensi yang kita aktualisasikan, sehingga dapat dimanfaatkan. Tidak ada yang salah dengan kata dimanfatkan selama kita memahami batasan dan ruang lingkup dari kata tersebut.

Semakin terus memaknai perjalanan diri, membuka lembar-lembar kisah cerita pengalaman orang lain, pandangan - pandangan lain, juga penelitian orang ahli pada bidangnya masing-masing dan itu semua mereka tuliskan pada buku - buku, semakin memang banyak sekali ternyata diri sadar bahwa sebenarnya menahun stay disitu-situ saja. Dan, sudah merasa “dimanfaatkan”. Haha! Ya banyak - banyak menggali pendalaman diri lagi. Kemudianpun, menurut pendapatku, kita tidak dilarang juga lho memanfaatkan momentum diri saat kita menjadi pegawai, memanfatkan banyak hal yang ada dalam korporasi, seperti banyak belajar bertumbuh ; tentang bersosialisasi, tentang pengelolaan, tentang bagaimana berkontribusi efisien dan efektif (dan sehat mental untuk diri dan tim kesluruhan) tentang wirausaha, arus kas, kesehatan keuangan dari perusahaan, kepemimpinan dan juga tentu momentum mengenal sesama -pun juga mengenal relasi.

Cahaya Redup

Memanfaatkan, dimanfaatkan dan saling bermanfaat. Kenali katanya, sebagaimana mengenali juga diri dan jangan sampai kedaulatan diri terlepas dalam jebakan-jebakan pemikiran dan kata yang disebabkan kurangnya wawasan, ilmu pengetahuan, pendalaman dan pemaknaan perjalanan hidup. Berdaulatlah pada dirimu sendiri.

Posting Komentar untuk "Saat merasa dimanfaatkan di dunia kerja."