Sendirian, Tetap Bahagia.
Sudah lama sekali ya, aku tidak menulis di sini. Semenjak menggunakan platform blog pribadi lain (tumblr), aku jadi jarang sekali menulis di blog pribadiku ini. Jangankan menulis, berkunjungpun terkadang tak ingat. Harapanku, TR masih menerimaku untuk menuliskan apa saja segala hal yang penting atau tidak penting. Bahkan sepertinya lebih banyak tidak pentingnya ya TR. Ha Ha!! Saat ini aku akan menulis tentang sendirian, kesendirian juga tentang bahagia, yang tentu masih ada kaitannya dengan rasa sendiri itu.
Sejak kecil aku terbiasa sendirian. Kedua orangtuaku bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, yang cenderung memang bukan pejabatnya ya. Ya, kalau kata mereka, pegawai biasa saja. Meski aku juga tidak mengetahui pastinya. Kakak - kakakku cukup terpaut jauh usianya denganku. Sehingga saat aku mulai kelas 1 dan kelas 2 Sekolah Dasar, mereka sudah tidak serumah lagi. Kakak - kakakku merantau untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di luar kota. Sejak kelas 3 Sekolah Dasar, aku sudah sendirian di rumah untuk menyiapkan semua keperluanku. Pada saat sore aku harus Les pelajaran sekolah, untuk mengaji dan untuk aktivitas selepas pulang sekolah lainnya yang setiap harinya memang berbeda - beda. Mulai dari les IPA, Les Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPS, ada juga Les Menari, Mengaji dan Les Bahasa Inggris yang ada saat itu memang baru mulai saat kelas 6 SD. Semua aku persiapkan sendiri.. Termasuk saat berangkat dan pulangnya, aku sendirian. Pergi dan pulang mengayuh sepeda yang memang tidak cukup dekat jarak tempuhnya untuk ukuran anak kelas 3 SD. Kurang lebih 4 Km sampai 6 Km disaat itu. Ha Ha! Keren juga ya aku (memuji diri sendiri *lagi).
Aku berterima kasih pada kedua orangtuaku yang begitu luar biasa mereka memberikan kepercayaan kepada anaknya yang masih 8 - 9 tahun itu untuk mengelola dirinya sendiri. Terima Kasih banyak untuk menaruh percaya namun tidak kemudian melepaskan begitu saja. Pada akhir pekan atau malamnya, mereka masih bersenda dan juga berkumpul untuk bercerita dan mendengar apa saja tentang kisah hari - hariku. Bagiku, aku bersyukur sekali memiliki masa kecil yang banyak menjadikanku bermakna untuk diri aku sendiri, aku paham kebutuhanku dan bagaimana aku bisa memahami rasa aman terhadap diriku sendiri.
Dengan sendirian, aku tak merasa bahwa aku benar-benar sendiri dan kemudian menjadi sebuah masalah kala dalam kesendirian. Tidak menjadikan suatu permasalahan yang hebat pada waktu sendirian. Saat sendiri aku masih bisa merasakan kebahagiaan. Fokusku adalah aku bisa hadir, bergabung mengikuti kegiatan yang aku suka (berbagai macam aktivitas sore), itu sebuah kebahagiaan bagiku. Meski aku harus jalani perjalanan pergi dan pulang sendiri. Terkadang memang ada teman, namun jarak tempat Les ke tempat tinggal mereka lebih dekat dari pada aku. Sehingga sisa perjalanannya aku tempuh sendirian saja. Aku tetap baik - baik saja, aku belajar untuk menjaga diriku supaya aman, selamat sampai tujuan pulang ke rumah. Meski saat tiba di rumah, belum tentu kedua orangtuaku sudah datang dan menyambutku. Bisa juga kondisi rumah masih kosong. Dan lagi aku sendirian dalam rumah. Apakah kemudian saat itu aku merasa sedih? Seingatku tidak, hanya aku juga agak lupa. Ha Ha Ha. Namun seingatku, aku setiba di rumah dan saat rumah kosongpun aku langsung mandi, kemudian sudah dengan hati berdebar penuh bahagia menanti untuk bersiap menonton TV acara favorite. Seremeh itu yaa rasa Bahagia saat masa kecil.
Kemudian saat aku renungkan dan saat ini sudah dewasa bahkan usia menuju senja. -_-! Dapatkah bahagia dengan kesendirian? dapatkah merasa bahagia hanya dengan menantikan acara TV favorite seperti saat masa kanak dulu.? Sayangnya sudah berbeda, meski seharusnya essensi nya tetap. Bahwa dengan kesendirian itu tetap Bahagia hadir. Bahagia tidak merupakan tujuan, melainkan mensyukuri proses dan menikmati prosesnya itu, disanalah letak bahagia. Menjalani proses yang lelah sebenarnya (ngaku juga kan lelah Ha Ha, iya mengayuh sepeda itu lumayan lelah ^^), namun untuk menuju tujuan "menjadi diri berdaya dan berguna" untuk kemudian bisa berdampak bagi sekitar atau sosial, menjadikan kelelahan itu engga ada arti apa - apanya (sombong amat!).
Layaknya saat ini, dikala sedirian tak menjadikan diri sendirian banget atau seperti engga punya teman dan tak berarti. Hmm, bagiku tidak demikian. Belum tentu saat berkumpul dengan banyak teman, saat ada teman dekat, atau ada manusia lain yang menemani, tingkat kebahagiaan dijamin meningkat. Aku pikir tidak demikian. Melainkan lebih kepada kontribusi diri kepada sekitar, dan rasa diri mensyukuri apa yang telah diberikan, dan menerima / merelakan atas apa yang perlu direlakan. Ya memang begitulah bahagia, hanya diri kita sendiri yang paham. ^.^
Sendirian menikmati Hujan |
Posting Komentar untuk "Sendirian, Tetap Bahagia."